Pangeran Andrew Bangsawan Inggris Pertama Yang Hilang Gelar dan Diusir Sejak 1919
Daftar isi:
Keputusan penting telah diambil oleh Raja Charles III terkait Pangeran Andrew, adiknya, yang mengakibatkan pencabutan semua gelar bangsawannya. Ini merupakan peristiwa monumental pertama dalam lebih dari seratus tahun, di mana seorang anggota keluarga kerajaan diusir dari kediaman resmi mereka dengan penuh konsekuensi.
Dengan keputusan ini, Pangeran Andrew menjadi sosok pertama sejak tahun 1919 yang mengalami nasib serupa, di mana Pangeran Ernest Augustus dicopot gelarnya karena keterlibatannya dalam politik saat Perang Dunia I. Langkah berani ini membuat banyak orang terkejut dan memberikan sinyal tegas mengenai komitmen Raja terhadap integritas lembaga kerajaan.
Pencabutan gelar Pangeran Andrew disebabkan oleh rangkaian skandal yang melibatkan dirinya dan mendiang Jeffrey Epstein, yang disudutkan dengan tuduhan pelecehan seksual. Istana Buckingham merilis pernyataan resmi, menegaskan bahwa Raja Charles mengambil langkah tersebut setelah mempertimbangkan semua aspek dan simpati yang diberikan kepada para korban.
Di satu sisi, langkah ini menunjukkan ketegasan Raja Charles dalam menghadapi isu yang merusak reputasi keluarga kerajaan. Namun, di sisi lain, keputusan ini juga menciptakan perdebatan mengenai keterlibatan dan akuntabilitas anggota keluarga kerajaan dalam berbagai isu sosial.
Raja Charles III Ambil Tindakan Terhadap Pangeran Andrew
Istana Buckingham pada tanggal 30 Oktober 2025 mengonfirmasi bahwa proses pencabutan gelar resmi telah dimulai. Gelar dan kehormatan yang disandang Pangeran Andrew, yang sebelumnya dikenal sebagai Duke of York, kini dicabut setelah rangkaian investigasi dan skandal selama bertahun-tahun.
Pangeran Andrew kini kehilangan status kebangsawanannya dan harus meninggalkan tempat tinggalnya yang megah, Royal Lodge di Windsor. Dengan keputusan ini, ia diharuskan pindah ke properti pribadi yang tidak lagi memiliki fasilitas kerajaan.
Dalam pernyataan resmi tersebut, ada penekanan bahwa keputusan pengabaian terhadap Pangeran Andrew merupakan bentuk tanggap terhadap kesalahan penilaian yang dinilai sangat serius. Meskipun Andrew membantah semua tuduhan yang diarahkan padanya, perhatian Raja tetap tertuju pada para korban yang telah mengalami berbagai bentuk pelecehan dan kejahatan.
Langkah ini tidak hanya untuk memulihkan citra keluarga kerajaan, tetapi juga untuk menunjukkan bahwa tidak ada yang kebal terhadap hukum dan keadilan sosial. Penegasan ini memperlihatkan langkah reformasi di dalam tubuh kerajaan untuk menggandeng kepercayaan publik kembali.
Skandal Jeffrey Epstein dan Dampaknya pada Pangeran Andrew
Salah satu faktor utama yang mendorong pencabutan gelar Pangeran Andrew adalah keterkaitannya dengan skandal Jeffrey Epstein yang sangat mendalam. Desakan publik semakin kuat setelah bukti-bukti baru muncul terkait hubungan gelap antara Andrew dengan Epstein dan tuduhan pelecehan seksual terhadap Virginia Roberts Giuffre.
Giuffre, yang menyatakan telah mengalami pelecehan sejak berusia 17 tahun, mengungkapkan rincian pengalaman traumatiknya dalam buku memoar yang baru diterbitkan. Dia juga mengklaim bahwa Pangeran Andrew terlibat dalam serangkaian pertemuan seksual yang merusak, menciptakan gambaran bahwa Andrew seolah memiliki kekebalan karena statusnya sebagai bangsawan.
Meskipun Andrew tetap membantah semua dakwaan tersebut, tekanan dari publik dan media menyebabkan dia mundur dari beberapa tugas kerajaan. Hal ini menunjukkan betapa sulitnya bagi anggota keluarga kerajaan untuk mempertahankan pengaruh mereka di dunia modern, terutama ketika dihadapkan pada isu-isu serius seperti kekerasan seksual.
Dengan menyelesaikan gugatan perdata yang diajukan oleh Giuffre di luar pengadilan pada tahun 2022, meskipun tanpa pengakuan kesalahan, Andrew berusaha menjaga kebersihan namanya. Namun, tunjangan uang yang diberikan menunjukkan bahwa dia ingin segera mengakhiri kontroversi intoleran ini.
Reaksi Publik dan Masyarakat terhadap Keputusan Raja
Keputusan Raja Charles untuk mencabut gelar Pangeran Andrew telah memicu berbagai reaksi dari masyarakat. Banyak yang melihat langkah ini sebagai tindakan tepat, demi memulihkan citra keluarga kerajaan di depan publik dan memastikan bahwa tidak ada pelanggaran hukum yang dapat ditoleransi.
Namun, di sisi lain, ada juga suara-suara skeptis yang mempertanyakan keefektifan dari langkah tersebut. Berbagai kritik dan dukungan muncul, mencerminkan pandangan yang beragam tentang bagaimana keputusan ini akan mempengaruhi reputasi kerajaan dalam jangka panjang.
Pemerhati kerajaan berpendapat bahwa pencabutan gelar ini bisa menjadi titik balik dalam sejarah keluarga kerajaan Inggris, menandakan era baru di mana transparansi dan keadilan menjadi prioritas. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga kerajaan mulai mengadopsi nilai-nilai yang lebih sejalan dengan harapan masyarakat modern.
Selain itu, langkah ini juga bisa membuka diskusi lebih luas mengenai isu-isu sosial, khususnya dalam hal keadilan bagi korban pelecehan seksual. Poin ini menjadi penting, mengingat banyak masyarakat yang menantikan perubahan kebijakan dan tindakan nyata dalam menangani masalah yang sama.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now








