Korban Tewas Ponpes Ambruk di Sidoarjo Meningkat Menjadi 14 Orang, 49 Masih Hilang

Daftar isi:
Jumlah korban yang meninggal dunia akibat ambruknya musala di Pondok Pesantren Al Khozyni, Sidoarjo, Jawa Timur, semakin bertambah. Hingga malam Jumat (3 Desember), total korban jiwa yang ditemukan mencapai 14 orang, menambah duka mendalam di tengah masyarakat yang prihatin akan kejadian tragis ini.
Satu korban tambahan ditemukan di sektor A4 pada malam hari. Penemuan ini menambah daftar panjang tragedi yang menyita perhatian banyak orang, terutama bagi keluarga yang kehilangan orang tersayang.
Kepala Subdirektorat Pengarahan dan Pengendalian Operasi Bencana, Emi Freezer, mengonfirmasi penemuan tersebut dan menjelaskan proses evakuasi yang sedang berlangsung. Masyarakat kini menantikan berita selanjutnya mengenai evakuasi korban lainnya yang mungkin masih terperangkap di reruntuhan.
Proses Evakuasi dan Pencarian Korban Terus Berlanjut
“Pada pukul 23.00 WIB, satu korban lagi berhasil dievakuasi dari sektor A4,” kata Freezer dalam keterangannya pada Sabtu dini hari. Penemuan ini merupakan kemajuan penting setelah operasi pencarian yang telah berlangsung selama lima hari.
Seperti yang dijelaskan oleh Freezer, jenazah yang dievakuasi tersebut adalah yang kesembilan ditemukan pada hari kelima pencarian. Hal ini menunjukkan dedikasi tim penyelamat yang terus bekerja tanpa lelah di lokasi bencana.
Dengan laporan terakhir, total korban yang berhasil dievakuasi kini berjumlah 117 orang, terdiri dari 103 yang selamat dan 14 yang meninggal dunia. Di sisi lain, masih ada 49 orang yang dilaporkan belum ditemukan, menambah rasa cemas di kalangan keluarga yang menunggu kabar tentang orang-orang tercintanya.
Detail Mengenai Runtuhnya Musala di Pondok Pesantren
Pondok Pesantren Al Khoziny, tempat insiden terjadi, adalah sebuah bangunan tiga lantai yang berfungsi sebagai asrama putra beserta musala di dalamnya. Ambruknya gedung tersebut pada Senin sore (29 September) menjadi momen kelam ketika ratusan santri sedang melaksanakan Salat Asar berjemaah.
Ironisnya, gedung yang runtuh itu masih dalam tahap pembangunan dan tidak seharusnya digunakan untuk kegiatan keagamaan. Kejadian ini jelas menunjukkan bahwa meskipun risiko telah diidentifikasi, tragedi tetap bisa terjadi jika standar keselamatan tidak diterapkan dengan benar.
Tim penyelamat kini berfokus pada pembersihan puing-puing dan pencarian korban yang mungkin masih terjebak. Alat berat digunakan untuk mempercepat proses tersebut, dan perhatian kini diarahkan pada area yang tidak terintegrasi dengan struktur utama bangunan.
Dampak Psikologis dan Sosial Pada Masyarakat Setempat
Tragedi ini tidak hanya menimbulkan kerugian dalam jumlah korban jiwa, tetapi juga dampak psikologis yang mendalam bagi keluarga santri dan masyarakat di sekitar pesantren. Kehilangan anggota keluarga adalah beban yang sulit dipikul, terutama dalam konteks tragedi yang terjadi secara tiba-tiba.
Sebagian besar santri dan pengajar yang selamat juga harus menghadapi trauma akibat peristiwa tersebut. Pemulihan mental sangat penting, dan dukungan dari psikolog serta relawan sangat diharapkan untuk membantu mereka melewati masa sulit ini.
Komunitas kini merasakan pentingnya solidaritas dan dukungan satu sama lain. Banyak yang berinisiatif untuk membantu, baik dalam bentuk moril maupun finansial, untuk meringankan beban keluarga korban yang sedang berduka.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now