Anak Penumpang yang Tewas Tersedak Gugat Qatar Airways Usai Disuruh Makan Daging

Daftar isi:
Asoka dinyatakan tidak sadarkan diri selama lebih dari 3,5 jam hingga pesawat mendarat di Edinburgh, Skotlandia. Ia kemudian dibawa ke rumah sakit dan meninggal pada 3 Agustus 2023 karena pneumonia aspirasi, menurut gugatan tersebut. Penjelasan tentang kondisi ini menunjukkan betapa seriusnya dampak kesehatan yang dapat ditimbulkan dalam situasi darurat di dalam pesawat.
Infeksi pneumonia aspirasi terjadi ketika partikel makanan atau cairan terhirup ke dalam paru-paru, menyebabkan komplikasi medis yang bisa berakibat fatal. Dalam kasus Asoka, situasi ini menunjukkan pentingnya respons cepat dari awak pesawat dalam menghadapi kondisi kritis penumpang.
Gugatan yang diajukan setelah kejadian tersebut mengungkapkan klarifikasi mengenai peristiwa yang terjadi. Meskipun ada klaim bahwa pesawat tidak dapat melakukan pendaratan darurat, ada sisi lain dari cerita yang dibantah oleh pihak yang terdampak.
Polemik di Balik Kejadian Tragis dalam Penerbangan
Laporan yang diterbitkan mengungkapkan bahwa pilot menghadapi kendala dalam mendarat darurat akibat lokasi penerbangan. Dalam penyelidikan di 6 Oktober 2025, terungkap bahwa pesawat ‘melewati Lingkaran Arktik/Samudra’, yang memicu pertanyaan tentang kondisi penerbangan pada saat itu.
Sebaliknya, Surya Jayaweera, yang mengajukan gugatan tersebut, membantah fakta ini. Ia berargumen bahwa pesawat sebenarnya berada di atas negara bagian Wisconsin, AS, dan mungkin telah dialihkan untuk alasan tertentu.
Pertikaian ini menambah lapisan kompleksitas pada peristiwa yang awalnya tampak sederhana terkait insiden kesehatan dalam penerbangan. Proses hukum yang menyusul menjadi wadah untuk mencari keadilan atas kehilangan yang dialami keluarganya.
Respon Maskapai Terhadap Insiden Kritis Penumpang
Pihak maskapai dihadapkan pada sorotan publik ketika kabar tersebut mulai beredar. Terlebih lagi, Qatar Airways sebelumnya terlibat dalam kontroversi ketika penumpang lain terpaksa duduk bersebelahan dengan wanita yang meninggal di penerbangan dari Melbourne ke Doha.
Dalam situasi tersebut, pihak maskapai mengklaim bahwa awak mereka bertindak cepat dan profesional dalam menangani insiden tersebut. Namun, bagi banyak penumpang, kecepatan dan ketepatan hanya dapat diukur dari tingkat kenyamanan dan keamanan yang mereka rasakan selama penerbangan.
Keputusan maskapai di dalam situasi tersebut menimbulkan pertanyaan tentang kebijakan keamanan dan kesehatan penumpang. Bisakah maskapai bertanggung jawab sepenuhnya atas keadaan darurat yang timbul, meskipun mereka mengklaim telah melakukan tindakan yang benar?
Akibat dari Insiden dan Proses Hukum yang Berlanjut
Akhirnya, insiden yang dialami oleh Asoka dan rekan-rekannya membuka wacana tentang pentingnya keselamatan penerbangan. Setiap penumpang mengharapkan untuk mendapatkan perlindungan yang memadai selama berada di udara, terutama dalam kondisi kritis.
Proses hukum yang berkelanjutan ini diharapkan dapat memberikan kejelasan dan keadilan bagi keluarga korban. Penelitian lebih lanjut mengenai kebijakan maskapai dalam menangani keadaan darurat diharapkan dapat mendorong peningkatan standar keselamatan yang lebih baik.
Seluruh kejadian ini juga menjadi pembelajaran bagi penumpang dan awak pesawat. Kesiapsiagaan dan pemahaman akan prosedur darurat dapat menyelamatkan nyawa dan memberikan rasa aman selama penerbangan.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now